بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ﴿٨٢﴾
allażīna āmanụ wa lam yalbisū īmānahum biẓulmin ulā`ika lahumul-amnu wa hum muhtadụn
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (82)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidullah bin Zuhar dari Bakr bin Sawaadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan berhasil membunuh seorang lagi, talu ia kembali menyerang dan berhasil menewaskan seorang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya,”Setelah apa yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Maka orang itu pun menyembelih kudanya, lalu bergabung dengan barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang itu. “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)..”